Manusia berencana, Tuhan yang menentukan. Setelah Gedung Putih memberlakukan tarif ketat pada Hari Kemerdekaan Amerika, banyak diskusi tentang inflasi yang meningkat dan perlambatan ekonomi AS. Namun, alih-alih itu, harga konsumen bulan April naik sebesar 0,2% dari bulan ke bulan dan 2,3% dari tahun ke tahun. Kedua angka tersebut lebih rendah dari prediksi, dan tren penurunan ini mendorong Federal Reserve untuk mempertimbangkan pemotongan suku bunga federal, terutama mengingat pasar tenaga kerja tetap kuat.

Angka Inflasi AS Aktual dan Prediksi

Dalam caranya sendiri, Donald Trump benar. Ketika segala sesuatu menurun—dari harga minyak dan bensin hingga CPI dan imbal hasil Treasury—bank sentral seharusnya mempertimbangkan untuk memulai kembali siklus pelonggaran moneter. Namun, Federal Reserve tetap diam, mengandalkan inflasi untuk akhirnya meningkat dengan sendirinya. Tarif terlalu tinggi. Bahkan pengurangan tarif yang signifikan terhadap China hanya menurunkan rata-rata tarif menjadi 12%, dibandingkan dengan 2,4% pada tahun 2024.

The Fed seharusnya bertindak secara preemptif, tetapi terburu-buru bisa berakibat buruk. Skenario terburuk bagi bank sentral adalah memotong suku bunga federal funds hanya untuk melihat inflasi tidak terkendali. Tidak mengherankan, pasar berjangka telah menunda ekspektasi pelonggaran moneter yang diperbarui dari Juli ke September. Derivatif sekarang memprediksi pemotongan 56 basis poin, turun dari 75 bps sebelum kesepakatan dagang AS–Tiongkok.

Ekspektasi Pasar terhadap Suku Bunga Kebijakan The Fed

Menariknya, proyeksi pemotongan suku bunga untuk Bank Sentral Eropa direvisi ke bawah setelah penundaan 90 hari tarif timbal balik antara Washington dan Beijing. Investor kini mengantisipasi pemotongan suku bunga deposito sebesar 50 bps, bukan 60 bps.

Situasi dapat berubah jika AS memulai negosiasi perdagangan dengan Uni Eropa. Donald Trump menyebut Eropa "lebih buruk dari China," mengklaim bahwa Eropa memperlakukan Amerika Serikat dengan sangat tidak adil. Sekarang, Gedung Putih memegang semua kartu untuk menghukum Uni Eropa atas perilaku tersebut. Sementara itu, Brussels telah menyiapkan paket pembalasan senilai €95 miliar jika pembicaraan gagal.

Salah satu skenario paling berbahaya bagi AS mungkin adalah tindakan terkoordinasi antara Eropa dan China. Namun, seperti kata pepatah, "amal dimulai dari rumah." Beijing telah mencapai tujuannya untuk mengurangi batasannya dan tidak mungkin akan membela Brussels, terutama karena seruan sebelumnya untuk tindakan bersama dengan Uni Eropa tidak mendapat tanggapan. Dengan kata lain, "Selesaikan masalahmu sendiri."

Euro kini berharap euforia pasar terkait de-eskalasi perdagangan antara AS dan Tiongkok telah mencapai puncaknya. Kabar baik ini sudah tercermin dalam indeks saham AS dan dolar, dan kita akan melihat apakah memang demikian.

Secara teknikal, pada grafik harian EUR/USD, ada serangan balik dari pihak pembeli setelah kekalahan mereka pada hari sebelumnya. Pembeli menemukan kekuatan untuk mendorong pasangan mata uang utama ini lebih tinggi. Namun, selama diperdagangkan di bawah level pivot 1.123, suasana tetap bearish. Ini membuka peluang untuk secara berkala menambah posisi short yang dimulai dari 1.128.